8 Okt 2012

Profil Bob Sadino

A.    RIWAYAT HIDUP

Nama         : Bambang Mustari Sadino alias Bob Sadino
Lahir          : Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama       : Islam

Pendidikan :
a.       SD, Yogyakarta (1947)
b.      SMP, Jakarta (1950)
c.       SMA, Jakarta (1953)

Karir :
a.       Karyawan Unilever (1954-1955)
b.      Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1958-1967)
c.       Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
d.      Dirut PT Boga Catur Rata
e.       PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
f.       PT Kem Farms (kebun sayur)
g.      PT Lambung Andalan
h.      PT Andalan Citra Promotion
i.        PT Kemang Nusantara Travel

Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981

Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618

Sosok berambut putih, bercelana pendek, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kem food dan Kem chick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran.
Penampilannya yang sederhana sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting adalah action dan berusaha total dalam menggeluti apa saja.
Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat liku-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria berdarah Solo ini adalah sosok entrepreneur  sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha melainkan hasil kerja kerasnya. Pernah mengenyam profesi sebagai karyawan di Unilever dan selanjutnya beliau merantau sampai ke Eropa. Kemudian kembali ke tanah air tahun 1967 karena merindukan keluarganya serta mempunyai keinginan berusaha, setelah bertahun-tahun bekerja sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg.
Om Bob begitu sapaan akrabnya merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Beliau hanya punya satu tekad bekerja mandiri dan membangun usaha sendiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19 tahun.
Kesuksesannya saat ini tidak diraih dengan mudah. Bob Sadino pernah menjadi sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup. Saat masa sulitnya, ia pernah hampir depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.
Memasuki usia 74 tahun, Bob mengaku dirinya sudah tidak memerlukan apa-apa lagi. Dirinya hanya ingin bersama keluarga dan menikmati hidup. “Saya sudah tidak ada keinginan lagi dan serba kecukupan karena apa yang saya mau sudah ada semua,” tutur ayah dua anak ini. Bob merasa bersyukur dengan semua yang diterimanya saat ini. Bahkan, wanita tercintanya masih terus mendampingi dalam keadaan suka maupun duka. Terlebih lagi, dukungan tersebut datang dari kedua anaknya yang tidak henti-hentinya memberi dukungan. “Kalau keluarga tidak mendukung, saya tidak akan seperti ini”.
B.    PERJALANAN BERWIRAUSAHA

Awal memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha, dia binggung karena modal yang dimiliki hanya dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an yang dibawa dari Eropa. Akhirnya dia memutuskan untuk menjual salah satu mobilnya untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri yang menjadi sopirnya.
Suatu ketika mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan di Jakarta dengan upah Rp100 per hari. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, Sayalah kepala keluarga, Saya yang harus mencari nafkah.
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak, ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa. Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik, ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Pada awalnya, ia menjual telur ayam beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan bahkan babu orang asing sekalipun. Namun mereka bercermin pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Dan dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari berjualan telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kem Chick miliknya.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, ia kemudian juga merambah ke bidang agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kem Foods di Pulogadung, dan sebuah ''warung'' shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal pada tahun 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama semuanya punya fungsi dan kekuatan. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak berpikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Yang paling penting tindakan dan kerja keras.

C. NILAI – NILAI YANG PERLU DIPETIK

Kegemarannya membaca, melahirkan ide-ide yang brilian dan mampu bersaing dengan pengusaha sejenis, juga ikut andil dalam meraih sukses. Om Bob ( Panggilan Bob Sadino ) mengaku tidak ragu belajar dan bertanya saat mulai merintis bisnis, dalam agama yang pertama kali diajarkan adalah Iqra, yang artinya bacalah. Maka saya mengartikan Iqra bukan belajar saja, tetapi bertanyalah, why? Itu saja. Jadi, saya membaca dan selalu bertanya kenapa?.
Setelah melalui beberapa waktu belajar dan praktek, Bob mulai memajukan usahanya secara bertahap. Prinsip hidup yang mengalir apa adanya, sudah ditekuni Bob secara tahun ke tahun. Namun baginya, sebuah pengalaman harus benar-benar dijadikan guru yang paling berharga. Bob mengakui, kesuksesan dirinya tidak didapat dalam sekajap mata. Bahkan, Bob pernah mengalami kerugian dalam jumlah yang cukup besar. Namun baginya, kerugian tersebut dianggap sesuatu yang lumrah dalam dunia bisnis.
Keuntungan dan kerugian akan selalu berjalan beriringan. Tidak ada perusahaan yang untung terus dan tidak ada perusahaan yang rugi terus. Jadi, jalani saja dan perbaiki kesalahan tersebut. Faktor terpenting dalam diri Bob adalah fokus dengan apa yang sedang dikerjakan. Menurutnya, dengan berfokus pada satu bidang akan membuat kita lebih memahami bidang tersebut.
Dalam menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang.
Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang.
Pada saat awal memulai usaha hendaknya memilih salah satu jenis usaha yang sederhana sesuai dengan kemampuan sumberdaya yang dimiliki. Komoditas dan produknya dijadikan sebagai entry point usaha. Setelah itu terus dikembangkan ke sub-sistem dan komoditas/produk lainnya karena potensi nilai tambah dalam sub-sistem agribisnis beragam. Dan beliau menekankan bahwa kegiatan di hilir menunjukkan potensi nilai tambah yang jauh lebih besar.
Untuk memulai usaha, harus dimulai dengan unit terkecil yang mudah dikelola dengan resiko yang lebih kecil. Jadikan unit kecil ini sebagai alat pembelajaran terlebih dulu untuk kemudian secara bertahap terus dikembangkan. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks supermarket ini juga mantan sopir taksi dan karyawan Unilever berkat kerja kerasnya kemudian berubah menjadi pengusaha yang disegani di negeri ini.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob terampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktek, lalu menjadi terampil dan profesional.
Banyak orang yang menjadi pengusaha memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurutnya, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri karenanya ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Prinsip – prinsip Bob Sadino yang perlu kita pahami yakni :
*  Jangan takut
*  Jangan banyak berharap
*  Lepaskan pikiran-pikiran yang membelenggu
*  Kemauan
*  Tekad yang bulat (komitment)
*  Determination - untuk jadi enterpreuner
*  Berani mengambil peluang
*  Tahan banting dan tidak cengeng
*  Bersyukur  pada sang pencipta

Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar