A.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Bambang Mustari Sadino alias Bob
Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan
:
a. SD, Yogyakarta (1947)
b. SMP, Jakarta (1950)
c. SMA, Jakarta (1953)
Karir :
a.
Karyawan Unilever (1954-1955)
b. Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam
dan Hamburg (1958-1967)
c. Pemilik Tunggal Kem Chicks
(supermarket) (1969-sekarang)
d. Dirut PT Boga Catur Rata
e. PT Kem Foods (pabrik sosis dan
ham)
f.
PT Kem Farms (kebun sayur)
g.
PT Lambung Andalan
h.
PT Andalan Citra Promotion
i.
PT Kemang Nusantara Travel
Alamat Rumah:
Jalan
Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat
Kantor :
Kem Chicks Jalan
Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Sosok berambut putih,
bercelana pendek, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit dan
kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Ia adalah
Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kem food dan
Kem chick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga
ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran.
Penampilannya yang
sederhana sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab apa yang
diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut
bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting adalah action dan berusaha total dalam menggeluti
apa saja.
Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi
mengingat liku-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria berdarah Solo ini adalah
sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari
bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha melainkan hasil kerja kerasnya.
Pernah mengenyam profesi sebagai karyawan di Unilever dan selanjutnya beliau merantau
sampai ke Eropa. Kemudian kembali ke tanah air tahun 1967 karena merindukan
keluarganya serta mempunyai keinginan berusaha, setelah bertahun-tahun bekerja
sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg.
Om Bob begitu sapaan akrabnya merupakan anak bungsu dari
lima bersaudara. Beliau hanya punya satu tekad bekerja mandiri dan membangun
usaha sendiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA
Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19 tahun.
Kesuksesannya saat ini
tidak diraih dengan mudah. Bob Sadino pernah menjadi sopir taksi hingga kuli
bangunan untuk sekadar bertahan hidup. Saat masa sulitnya, ia pernah hampir
depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari
sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan
hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga
bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun
kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.
Memasuki usia 74
tahun, Bob mengaku dirinya sudah tidak memerlukan apa-apa lagi. Dirinya hanya
ingin bersama keluarga dan menikmati hidup. “Saya sudah tidak ada keinginan
lagi dan serba kecukupan karena apa yang saya mau sudah ada semua,” tutur ayah
dua anak ini. Bob merasa bersyukur dengan semua yang diterimanya saat ini. Bahkan,
wanita tercintanya masih terus mendampingi dalam keadaan suka maupun duka. Terlebih
lagi, dukungan tersebut datang dari kedua anaknya yang tidak henti-hentinya memberi
dukungan. “Kalau keluarga tidak mendukung, saya tidak
akan seperti ini”.
B.
PERJALANAN BERWIRAUSAHA
Awal memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha, dia
binggung karena modal yang dimiliki hanya dua sedan Mercedes buatan tahun
1960-an yang dibawa dari Eropa. Akhirnya dia memutuskan untuk menjual salah satu
mobilnya untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu,
kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob
sendiri yang menjadi sopirnya.
Suatu ketika mobil itu
disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang
menghancurkan mobilnya. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi
kuli bangunan di Jakarta dengan upah Rp100 per hari. Padahal, kalau ia mau,
istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar
negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, Sayalah kepala
keluarga, Saya yang harus mencari nafkah.
Untuk menenangkan
pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono
Herlambang. Dari sini Bob menanjak, ketika beternak ayam itulah muncul
inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia
mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga
bisa. Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha
perladangan sayur sistem hidroponik, ia juga menjalin kerjasama dengan para
petani di beberapa daerah.
Pada awalnya, ia menjual
telur ayam beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur
itu awalnya dari pintu ke pintu. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki
pelanggan bahkan babu orang asing sekalipun. Namun mereka bercermin pada diri
sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob,
dari pribadi feodal menjadi pelayan. Dan dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya
makin laris. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak
langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan
istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap
orang asing. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari berjualan telur,
ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal
supermarket Kem Chick miliknya.
Bisnis pasar swalayan
Bob berkembang pesat, ia kemudian juga merambah ke bidang agribisnis khususnya
holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual
pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang
asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga
memiliki usaha daging olahan Kem Foods di Pulogadung, dan sebuah ''warung''
shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal pada tahun 1985
menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging
segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
Bob menempatkan
perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus
saling menghargai, tidak ada yang utama semuanya punya fungsi dan kekuatan. Bob
percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.
Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir
balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen,
berani mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran
seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada
diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak
orang, terlalu banyak berpikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera
melangkah. Yang paling penting tindakan dan kerja keras.
C. NILAI – NILAI YANG PERLU DIPETIK
Kegemarannya membaca,
melahirkan ide-ide yang brilian dan mampu bersaing dengan pengusaha sejenis,
juga ikut andil dalam meraih sukses. Om Bob ( Panggilan Bob Sadino ) mengaku
tidak ragu belajar dan bertanya saat mulai merintis bisnis, dalam agama yang
pertama kali diajarkan adalah Iqra, yang artinya bacalah. Maka saya mengartikan
Iqra bukan belajar saja, tetapi bertanyalah, why? Itu saja. Jadi, saya membaca
dan selalu bertanya kenapa?.
Setelah melalui beberapa
waktu belajar dan praktek, Bob mulai memajukan usahanya secara bertahap. Prinsip
hidup yang mengalir apa adanya, sudah ditekuni Bob secara tahun ke tahun. Namun
baginya, sebuah pengalaman harus benar-benar dijadikan guru yang paling
berharga. Bob mengakui, kesuksesan dirinya tidak didapat dalam sekajap mata.
Bahkan, Bob pernah mengalami kerugian dalam jumlah yang cukup besar. Namun
baginya, kerugian tersebut dianggap sesuatu yang lumrah dalam dunia bisnis.
Keuntungan dan
kerugian akan selalu berjalan beriringan. Tidak ada perusahaan yang untung
terus dan tidak ada perusahaan yang rugi terus. Jadi, jalani saja dan perbaiki
kesalahan tersebut. Faktor terpenting dalam diri Bob adalah fokus dengan apa
yang sedang dikerjakan. Menurutnya, dengan berfokus pada satu bidang akan
membuat kita lebih memahami bidang tersebut.
Dalam menjalankan
setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia
percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat,
dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang
penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan
dan berani mengambil peluang.
Bob menyebut,
kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga
tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana,
karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan.
Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran
dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad,
tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa
teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang.
Pada saat awal memulai
usaha hendaknya memilih salah satu jenis usaha yang sederhana sesuai dengan
kemampuan sumberdaya yang dimiliki. Komoditas dan produknya dijadikan sebagai
entry point usaha. Setelah itu terus dikembangkan ke sub-sistem dan
komoditas/produk lainnya karena potensi nilai tambah dalam sub-sistem
agribisnis beragam. Dan beliau menekankan bahwa kegiatan di hilir menunjukkan
potensi nilai tambah yang jauh lebih besar.
Untuk memulai usaha,
harus dimulai dengan unit terkecil yang mudah dikelola dengan resiko yang lebih
kecil. Jadikan unit kecil ini sebagai alat pembelajaran terlebih dulu untuk
kemudian secara bertahap terus dikembangkan. Pendiri dan pemilik tunggal Kem
Chicks supermarket ini juga mantan sopir taksi dan karyawan Unilever berkat
kerja kerasnya kemudian berubah menjadi pengusaha yang disegani di negeri ini.
Keberhasilan Bob tidak terlepas
dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh
bangun, Bob terampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda
dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktek, lalu menjadi terampil
dan profesional.
Banyak orang yang menjadi
pengusaha memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan,
karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu
luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan
sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar.
Menurutnya, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri karenanya
ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Prinsip – prinsip Bob
Sadino yang perlu kita pahami yakni :
* Jangan takut
* Jangan banyak berharap
* Lepaskan pikiran-pikiran yang
membelenggu
* Kemauan
* Tekad yang bulat (komitment)
* Determination - untuk jadi
enterpreuner
* Berani mengambil peluang
* Tahan banting dan tidak cengeng
* Bersyukur pada sang pencipta
Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja
keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino
adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga”
dengan perjuangan tanpa henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar